“STRUKTUR KEPRIBADIAN”
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena
dengan rahmat, hidayah, serta karunia-Nyalah, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah Pengembangan Diri tentang Struktur Kepribadian. Makalah ini disusun
berdasarkan dengan informasi-informasi yang didapatkan penulis dari berbagai
sumber.Tidak lupa juga kami sebagai penulis berterima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum ini.Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan. Maka dari
itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi penyusunan
makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
................................................................................. i
KATA PENGANTAR ………………………………………................... ii
DAFTAR ISI
.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1 I.1
Latar Belakang ………………………………………………… 1
I.2
Rumusan Masalah ……………………………………………... 1
I.3
Tujuan …………………………………………………………. 1
I.4
Manfaat ………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………… 3
II.1
Pengertian Struktur Kepribadian ……………………………… 3
II.2
Struktur Kepribadian Menurut S.Frued …………………… …. 3-5
II.3
Struktur Kepribadian Menurut Jung ………………………. …. 5-9
II.4
Sturktur Kepribadian Menurut Adler……………………......... 9-11
BAB III PENUTUP
III.1
Kesimpulan …………………………………………………... 12
III.2
Saran …………………………………………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 13
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Di era globalisasi ini banyak sekali warga Negara
Indonesia yang mempunyai kepribadian baik. Kepribadian sangat mencerminkan
perilaku seseorang. Setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan semua
orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu
berdasarkan pengalaman diri kita sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi,
setiap orang adalah unik, khas. Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis
kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan
orang lain. Kita harus memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana
kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori-teori tentang
struktur kepribadian agar terbentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga
gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat
dihindari.
Selain itu pengetahuan tentang struktur kepribadian
diharapkan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sekitar “apa”,
”bagaimana”, dan ”mengapa” tentang tingkah laku manusia.
Maka dari pada itu, penulis akan membahas lebih jauh
tentang pengenalan mengenai strktur kepribadian.
2. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari latar belakang tersebut adalah:
1. Apa
yang dimaksud dengan struktur kepribadian?
2. Bagaimana
pengertian struktur kepribadian menurut S.Frued?
3. Bagaimana
pengertian struktur kepribadian menurut Jung?
4. Bagaimana
pengertian struktur kepribadian menurut Adler?
3. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk
mengetahui dan memahami tentang pengertian struktur kepribadian.
2. Untuk
mengetahui dan memahami tentang pengertian struktur kepribadian menurut
S.Frued.
3. Untuk
mengetahui dan memahami tentang pengertian struktur kepribadian menurut Jung.
4. Untuk
mengetahui dan memahami tentang pengertian struktur kepribadian menurut Adler.
4. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Meningkatkan kemampuan penulis dalam menulis karya
ilmiah, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
2. Meningkatkan kesadaran penulis akan pentingnya aspek
sosial dalam pembentukan kepribadian
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Struktur Kepribadian
Struktur kepribadian memiliki arti integrasi dari
sifat-sifat dan sistem-sistem yang menyusun kepribadian.
Dalam kepribadian tersusun oleh sejumlah sistem yang
beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran, ego beroperasi pada tingkat sadar,
kompleks beroperasi pada taksadar pribadi, dan arsetip beroperasi pada tingkat
taksadar kolektif.
2. Struktur Kepribadian Menurut S.Frued
Menurut frued kepribadian terdiri dari atas tiga
sistem/aspek:
1. Aspek Biologis atau Das Es (Id)
Aspek bilogis merupakan aspek orisinil di dalam
kepribadian. Dari aspek ini muncul aspek psikologis dan aspek sosiologi.
Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir
sejak lahir. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku
naluriah dan primitif. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis,
sehingga menjadi komponen utama kepribadian.
Sebagai contoh, peningkatan rasa lapar atau haus harus
menghasilkan upaya segera untuk makan atau minum. Id ini sangat penting dalam
kehidupan. Jika bayi lapar atau tidak nyaman, ia akan menangis sampai tuntutan
id terpenuhi.
Menurut teori ini apabila energi meningkat dapat
menimbulkan ketegangan sehingga muncul pengalaman tidak menyenangkan, sehingga
diperlukan reduksi energi tersebut untuk menghilangkan rasa tidak menyenangkan.
Adapun cara menghilangkan dari hal-hal tidak
menyenangkan adalah :
a. Rileks dan reaksi-reaksi otomatis (orang
berkedip,bersin, dll)
b. Proses primer (orang lapar membayangkan makan)
Namun demikian cara tersebut tidak dapat memenuhi
kebutuhan.
Contohnya : orang lapar tidak akan kenyang hanya
dengan membayangkan makanan.
2. Aspek Psikologis atau Das Ich (The Ego)
Aspek ini timbul karena kebutuhan organisme yang
berinteraksi secara baik dengan dunia nyata (realitias).
Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan
bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia
nyata.
Ego juga pelepasan ketegangan yang diciptakan oleh
impuls yang tidak terpenuhi melalui proses sekunder, di mana ego mencoba untuk
menemukan objek di dunia nyata yang cocok dengan gambaran mental yang
diciptakan oleh proses primer id.
Dalam fungsinya aspek psikologis (the ego) berpedoman
pada prinsip realita dan berekasi proses sekunder.
Tujuan dari prinsip tersebut adalah mencari objek yang
tepat atau serasi. Sedangkan yang dimaksud proses berpikir realitas, dengan
menggunakan suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan dan menguji apakah rencana
tersebut berhasil atau tidak.
Aspek psikologis juga dipandang sebagai aspek ekskutif
dari kepribadian karena aspek ini mengandung unsur-unsur berikut ini :
a. Pengawasan
terhadap cara-cara yang dilakukan
b. Memilih
kebutuhan yang dapat dipenuhi dan bagaimana cara memenuhinya
c. Memilih
obyek-obyek yang dapat memenuhi kebutuhan
3. Aspek
Sosiologis (Super Ego)
Merupakan aspek yang mewakili nilai-nilai tradisional
serta cita-cita masyarakat. Aspek ini merupakan kesempurnaan dari pada
kesenangan sehingga disebut juga sebagai aspek moral dan kepribadian.
Superego
adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan
cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat. Superego
memberikan pedoman untuk membuat penilaian.
Fungsi pokok aspek sosiologis adalah:
a. Menentukan
apakah sesuatu benar atau salah.
b. Sesuatu
pantas atau tidak.
c. Sesuatu
bersusila atau tidak.
Mekanisme yang menyalurkan sistem aspek ini disebut introsveksi.
Aspek Sosiologis mengandung unsur :
a. Conscientia
(Hati Nurani:consience)
Hati nurani mencakup informasi tentang hal-hal yang
dianggap buruk oleh orang tua dan masyarakat. Perilaku ini sering dilarang dan
menyebabkan hal buruk, konsekuensi atau hukuman perasaan bersalah dan
penyesalan.
b. Ich
ideal
Ich ideal mencakup aturan dan standar untuk perilaku
yang baik. Perilaku ini termasuk orang yang disetujui oleh figur otoritas orang
tua dan lainnya. Mematuhi aturan-aturan ini menyebabkan perasaan kebanggaan,
nilai dan prestasi.
Superego bertindak untuk menyempurnakan dan
membudayakan perilaku kita. Ia bekerja untuk menekan semua yang tidak dapat
diterima mendesak dari id dan perjuangan untuk membuat tindakan ego atas
standar idealis yang lebih kepada prinsip-prinsip realistis. Superego hadir
dalam sadar, prasadar dan tidak sadar.
Ketiga aspek baik biologis,
psikologis dan sosiologis mempunyai fungsi, komponen, prinsip kerja serta
dinamika sendiri-sendiri, tetapi ketiganya berhubungan satu sama lain dan tidak
dapat dipisahkan
pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia.
3. Struktur
kepribadian Jung
Dalam struktur Jung lebih menekankan pada psikhe.
Yang dimaksud dengan psikhis adalah totalitas segala
peristiwa psikhis baik yang disadari atau tidak.
Jiwa manusia terdiri dari dua alam :
1. Alam tidak sadar
2. Alam sadar
Batas kedua alam tersebut tidak tetap, dapat
berubah-ubah, dapat berkurang atau bertambah.
Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu :
1. Fungsi jiwa,
2. Sikap jiwa (manusia type ekstravert dan manusia
type intravert).
Tabel Fungsi Jiwa menurut Jung
Setiap manusia mempunyai keempat fungsi tersebut,
tetapi biasanya hanya ada satu fungsi yang berkembang (dominan) yang disebut fungsi
superior dan menentukan tipe orangnya. Dengan demikian ada orang
yang tipe perasa, tipe intuitif dll.
Fungsi-fungsi yang berpasangan itu berhubungan secara
kompensatoris, artinya makin berkembang fungsi superior maka makin besar pula
kebutuhan fungsi inferior terhadap kompensasi dan makin besar gangguan terhadap
keseimbangan jiwa sehingga terjadi tindakan yang tidak terkendali.
Tujuan ideal dari
perkembangan kepribadian adalah membawa empat fungsi pokok jiwa dalam kesadaran
sehingga tercapai manusia yang sempurna.
Menurut Jung fungsi pokok jiwa meliputi :
1. Fungsi rasional, terdiri:
a. Pikiran
b. Perasaan
2. Fungsi Irrasional, yaitu
berdasarkan pengamatan :
a. Pendirian
b. Intuisi
Tabel Typologi Jung
Menurut teori psikoanalisa dari Jung ada dua aspek
penting dalam kepribadian yaitu sikap dan fungsi. Sikap terdiri dari introvert
dan ekstrovert, sedangkan fungsi terdiri dari thinking, feeling, sensing dan
intuiting. Dari kedelapan hal ini maka diperoleh tipologi Jung, yaitu :
a. Introversion-Thinking (Pemikir Intravert)
Orang dengan sikap yang introvert dan fungsi thinking
yang dominan biasanya tidak memiliki emosi dan tidak ramah serta kurang bisa
bergaul. Hal ini terjadi karena mereka memiliki kecenderungan untuk
memperhatikan nilai abstrak dibandingkan orang-orang dan lingkungan sekitarnya.
Mereka lebih mengejar dan memperhatikan pemikirannya tanpa memperdulikan apakah
ide mereka diterima oleh orang lain atau tidak. Mereka biasanya keras kepala,
sombong dan berpendirian. Contoh dari orang dengan kepribadian seperti ini
adalah philosophers.
b. Extraversion-Thinking (Pemikir Ekstravert)
Contoh orang dengan sikap extrovert dan fungsi
thinking yang dominan adalah ilmuwan dan peneliti. Mereka memiliki kecenderungan
untuk muncul seorang diri, dingin dan sombong. Seperti pada tipe pertama,
mereka juga me-repress fungsi feeling. Kenyataan yang obyektif merupakan aturan
untuk mereka dan mereka menginginkan orang lain juga berpikir hal yang sama.
c. Introversion-Feeling (Perasaan Intravert)
Orang dengan introversion-feeling berpengalaman dalam
emosi yang kuat, tapi mereka menutupinya. Contoh orang dengan sikap introvert
dan fungsi feeling yang dominan adalah seniman dan penulis, dimana mereka
mengekspresikan perasaannya hanya dalam bentuk seni. Mereka mungkin menampilkan
keselarasan didalam dirinya dan self-efficacy, namun perasaan mereka dapat
meledak dengan tiba-tiba.
d. Extraversion-Feeling (Perasaan Ekstravert)
Pada orang dengan sikap extraversion dan fungsi
feeling yang dominan perasaan dapat berubah sebanyak situasi yang berubah.
Kebanyakan dari mereka adalah aktor. Mereka cenderung untuk emosional dan moody
tapi terkadang sikap sosialnya dapat muncul.
e. Introversion-Sensation (Pendirian Intravert)
Orang ini cenderung tenggelam dalam sensasi fisik
mereka dan untuk mencari hal yang tidak menarik dari dunia sebagai
perbandingan. Biasanya mereka adalah orang-orang yang tenang, kalem,
self-controlled, tapi mereka juga membosankan dan kurang bisa berkomunikasi.
f. Extraversion-Sensation (Pendirian Ekstravert)
Orang dengan tipe ini biasanya adalah businessman.
Mereka biasanya realistik, praktis, dan pekerja keras. Mereka menikmati apa
yang dapat mereka indrai dari dunia ini, menikmati cinta dan mencari kegairahan.
Mereka mudah dipengaruhi oleh peraturan dan mudah ketagihan pada berbagai hal.
g. Introversion-Intiuting (Intuisi Intravert)
Pemimipi, peramal, dan orang aneh biasanya adalah
orang dengan sikap introvert dan fungsi intuitif yang dominan. Mereka terisolasi
dalam gambaran-gambaran primitif yang artinya tidak selalu mereka ketahui namun
selalu muncul dalam pikiran mereka. Mereka memiliki kesulitan dalam
berkomunikasi dengan orang lain, tidak praktis namun memiliki intuisi yang
sangat tajam dibandingkan orang lain.
h. Extraversion-Intuiting (Intuisi Ekstravert)
Penemu dan pengusaha biasanya memiliki sikap extravert
dan fungsi intuitif yang dominan, mereka adalah orang-orang yang selalu mencari
sesuatu yang baru. Mereka sangat baik dalam mempromosikan hal-hal yang baru.
Namun mereka tidak dapat bertahan pada satu ide, pekerjaan maupun lingkungan
karena sesuatu yang baru merupakan tujuan hidup mereka.
Tahap Perkembangan
Kepribadian Jung
Tahap perkembangan kepribadian Jung terdiri dari 4
tahap, yaitu childhood, youth dan young adulthood, middle age dan old age. Pada
tahap kedua menekankan akan adaptasi terhadap kehidupan social dan ekonomi.
Jung memperlihatkan ketertarikannya pada tahap perkembangan kepribadian ketiga
yaitu middle age, karena disini terdapat proses yang penting dari puncak dari
individuation dan orang mulai merubah kepedulian terhadap materi menjadi
kepedulian spiritual.
4. Struktur
kepribadian menurut Adler
Dalam teori ini dijelaskan hal-hal berikut ini:
1. Individualita sebagai pokok persoalan
Pentingnya sifat khas dari kepribadian yaitu
individualitas, kebulatan, serta sifat-sifat khas pribadi manusia. Setiap
manusia adalah konfigurasi motif-motif, sifat-sifat dan nilai-nilai khas.
Setiap tindakan yang dilakukan merupakan corak khas gaya hidup yang bersifat
individual.
2. Pandangan teleologis : Finalisme semu
Adler menemukan gagasan bahwa manusia lebih didorong
oleh harapan-harapannya terhadap masa depan daripada pengalaman-pengalaman masa
lampaunya. Tiap orang mempunyai Leitlenie, yaitu rancangan hidup rahasia yang
tak disadari, yang diperjuangkannya terhadap segala rintangan. Tujuan yang
ingin dikejar manusia itu mungkin hanya suatu fiksi, yaitu suatu cita-cita yang
tak mungkin direalisasikan, namun kendatipun demikian merupakan pelucut yang
nyata bagi usaha manusia, dan karenanya juga merupakan sumber keterangan bagi
tingkah lakunya. Menurut Adler orang yang normal dapat membebaskan diri
akhirnya dari fiksi ini, sedangkan orang
yang neurotis tidak mampu membebaskan diri.
3. Dua dorongan pokok:
Didalam diri manusia terdapat dua golongan pokok yang
mendorong dan melatarbelakangi setiap tingkah laku :
- Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia
bertindak mengabdi kepada masyarakat.
- Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak
mengabdi pada diri sendiri.
4. Rasa rendah diri dan kompensasi
Menurut Adler pengertian rasa rendah diri adalah
mencakup segala rasa kurang berharga yang timbul karena ketidakmampuan
psikologis atau sosial yang dirasa secara subyektif, ataupun karena keadaan
jasmani yang kurang sempurna. Adler menyatakan inferioritas yaitu rasa diri
kurang atau rasa rendah diri yang timbul karena perasaan kurang berharga atau
kurang mampu dalam bidang penghidupan apa saja. Misalnya saja anak merasa
kurang jika membandingkan diri dengan orang dewasa, dan karenanya didorong
untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi, dan apabila dia telah
mencapai taraf perkembangan itu timbul lagi rasa diri kurangnya dan didorong
untuk maju lagi, demikian selanjutnya. Tetapi dalam keadaan normal rasa rendah
diri itu merupakan pendorong ke arah kemajuan atau kesempurnaan.
5. Dorongan Kemasyarkatan
Dorongan untuk membantu masyarakat guna mencapai
tujuan masyarakat yang sempurna. Dalam hubungan ini Adler menyatakan “sosial
interest is true and inevitable compensation for all the natural weaksesses of
individual human being”.
Dorongan kemasyarakatan itu adalah dasar yang dibawa
sejak lahir, pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Namun sebagaimana
lain-lain kemungkinan bawaan, kemungkinan mengabdi kepada masyarakat itu tidak
nampak secara spontan, melainkan harus dibimbing dan dilatih.
Jadi apabila diikuti teori Adler dapat digambarkan
demikian :
( 1 ) mula-mula manusia dianggap didorong oleh
dorongan untuk mengejar kekuatan dan
kekuasaan sebagai lantaran untuk mencapai kompensasi bagi rasa rendah dirinya.
( 2 ) Selanjutnya manusia dianggapnya didorong oleh
dorongan kemasyarakatan yang dibawa sejak lahir yang menyebabkan dia
menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
Menurut Adler “dorongan untuk berkuasa, memainkan
peran terpenting dalam perkembangan kepribadian”.
6. Gaya hidup
Setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang
,menjadi superior, dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha superiornya
dengan minat sosial. Namun, setiap orang melakukannya dengan gaya hidup yang
berbeda-beda. Gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuan
mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu
dimana dia berada. Jumlah gaya hidup sebanyak orang di dunia, misalnya
seseorang mungkin berusaha menjadi superior dalam kekuatan dan kemampuan fisik
dan orang lain mengkin berusaha untuk berprestasi secara intelektual.
Gaya hidup pada dasarnya telah terbentuk sejak usia
dini, yaitu pada usia 4-5 tahun. Gaya hidup ini ditentukan oleh faktor
hereditas dan juga oleh faktor pengamatan yang dilakukan terhadap lingkungan
atau orang lain. Pengamatan atau persepsi ini sangat dipengaruhi oleh prasangka
dan minat dirinya. Hal ini kemudian mempengaruhi proses pemaknaan individu, dan
pemaknaan yang mendalam terhadap sesuatu akan membentuk gaya hidup yang akan
mengiringi perjalanan kehidupannya ke depan.
Menurut Adler gaya hidup adalah prinsip yang dapat
dipakai landasan untuk memahami tingkah laku seseorang. Inilah yang
melatarbelakangi sifat khas seseorang. Tiap orang mempunyai gaya hidup
masing-masing. Tiap orang mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai
superioritas, namun caranya untuk mengejar tujuan itu boleh dikata tak
terhingga banyaknya, ada yang dengan mengembangkan akalnya, ada yang melatih
otot-ototnya,dll.
Menurut Adler gaya hidup ini ditentukan oleh
inferioritas yang khusus, jadi gaya hidup itu adalah suatu bentuk kompensasi
terhadap kekurangsempurnaan tertentu.
7. Diri yang kreatif
Diri yang kreatif adalah penggerak utama, pegangan
filsafat, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Sukarnya menjelaskan persoalan
ini ialah karena orang tak dapat menyaksikan secara langsung akan tetapi hanya
dapat menyaksikan lewat manifestasinya. Inilah yang mengantarai antara
perangsang yang dihadapi individu dengan response yang dilakukannya. Diri yang
kreatif inilah yang memberi arti kepada hidup, yang menetapkan tujuan serta
membuat alat untuk mencapainya.
Adler berpendapat bahwa setiap orang memiliki kekuatan
untuk bebas menciptakan gaya hidupnya sendiri-sendiri. Manusia itu sendiri yang
bertanggung jawab tentang siapa dirinya dan bagaimana dia berperilaku. Manusia
mempunyai kekuatan kreatif untuk mengontrol kehidupan dirinya, bertanggung
jawab mengenai tujuan finalnya, menentukan cara memperjuangkan mencapai tujuan
itu, dan menyumbang pengembangan minat sosial. Kekuatan diri kreatif itu
membuat setiap manusia menjadi manusia bebas, bergerak menuju tujuan yang
terarah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Struktur kepribadian memiliki arti integrasi dari
sifat-sifat dan sistem-sistem yang menyusun kepribadian.
Sebagai akhir dari pembahasan makalah ini, penulis
menarik beberapa kesimpulan, yaitu:
Struktur kepribadian meliputi :
1. Struktur kepribadian S. Frued
Struktur kepribadian S.Frued terbagi menjadi Aspek
Biologis atau Das Es (Id), Aspek Psikologis atau Das Ich (The Ego), dan Aspek
Sosiologis (Super Ego).
2. Struktur kepribadian Jung
Dalam struktur Jung lebih menekankan pada psikhe.
Yang dimaksud dengan psikhis adalah totalitas segala
peristiwa psikhis baik yang disadari atau tidak.
Jiwa manusia terdiri dari dua alam yaitu Alam tidak
sadar dan Alam sadar. Batas kedua alam tersebut tidak tetap, dapat
berubah-ubah, dapat berkurang atau bertambah.
Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu Fungsi
jiwa dan Sikap jiwa (manusia type ekstravert dan manusia type intravert).
3. Struktur Kepribadian Adler
Dalam teori ini dijelaskan hal-hal mengenai :
Individualita sebagai pokok persoalan, Pandangan teleologis (Finalisme semu),
Dua dorongan pokok (Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia bertindak
mengabdi kepada masyarakat, dan Dorongan keakuan, yang mendorong manusia
bertindak mengabdi pada diri sendiri), Rasa rendah diri dan kompensasi,
Dorongan Kemasyarkatan, Gaya hidup,dan Diri yang kreatif.
Saran
Sebagai akhir dari makalah ini, penulis menyarankan
kepada pembaca untuk mengkaji lebih dalam mengenai struktur kepribadian. Banyak
hal yang menarik untuk dikaji dalam teori tentang stuktur kepribadian sebagai
bahan referensi aplikasi psikologi dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Slide Pengembangan Diri Bina Sarana Informatika
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM
Press.
Hall, C.S., & Lindzey, G. 1993. Teori-Teori
Psikodinamik (Klinis). Alih bahasa oleh Yustinus. Yogyakarta: Kanisius.
No comments:
Post a Comment